Selain Meningkatkan Imunitas Tubuh, Puasa juga Menurunkan Risiko Stroke hingga Alzheimer

Berpuasa diketahui bukan hanya membantu meningkatkan imunitas tubuh, tapi juga memiliki banyak manfaat kesehatan. Bahkan para ahli mengatakan, di bulan Ramadhan, ditemukan lebih sedikit orang yang mengalami stroke.

Ini karena penurunan penggunaan tembakau, tekanan darah yang lebih baik, diabetes yang lebih terkontrol, hingga kadar kolesterol yang lebih rendah.

Para ahli dari Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa, negara-negara Selatan dan Timur Jauh yang ambil bagian dalam International Diabetes and Ramazan Conference 2022 menjelaskan berbagai manfaat puasa.

Melansir The News, Profesor Muhammad Wasey, konsultan ahli saraf mengatakan, selain meningkatkan kesehatan mental, penelitian telah menunjukkan bahwa puasa menunda penyakit Alzheimer dan Parkinson.

“Selain itu, puasa juga dapat membantu mengurangi munculnya gejala epilepsi dan migrain,” kata Profesor Wasey saat berbicara di International Diabetes and Ramazan Conference 2022, yang berlangsung di Karachi, Pakistan.

“Puasa juga membantu orang meningkatkan dan mendapatkan kembali indra perasa yang memburuk setelah terinfeksi Covid-19,” imbuhnya.

Sementara itu, ahli nefrologi Dr Bilal Jamil mengatakan, bahwa puasa bisa berbahaya bagi orang dengan penyakit ginjal kronis dengan penyakit kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya.

Namun demikian, dia menambahkan, sebagian besar pasien penyakit ginjal kronis bisa berpuasa di bawah pengawasan dokter.

Itu sebabnya, penting bagi pasien penyakit ginjal kronis stadium 3 dan 4 untuk berkonsultasi dengan dokter lebih dulu sebelum berpuasa.

Konsultasi dengan dokter sebelum puasa

Senada dengan dokter Jamil, Profesor Dr Tahir Hussain mengatakan para ahli dari berbagai bidang ilmu kedokteran telah membuktikan dengan presentasi ilmiah mereka di konferensi, bahwa pada umumnya, puasa aman untuk penderita diabetes, gangguan mental dan neurologis, penyakit jantung, penyakit ginjal yang kondisinya stabil, serta wanita hamil.

“Dengan syarat pasien tersebut harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum memulai puasa,” ujarnya.

Pakar kesehatan senior lainnya Dr Saif-ul-Haq dari Baqai Institute of Diabetology and Endocrinology (BIDE) mengatakan ada sekitar 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia, 150 juta di antaranya adalah penderita diabetes, tetapi lebih dari 86 persen penderita diabetes Muslim memilih untuk berpuasa setidaknya selama 15 hari di bulan suci Ramadhan.

“Dari 150 juta penderita diabetes Muslim ini, sekitar 61 persen berpuasa sepanjang bulan Ramadhan,” kata Dr Saif.

“Penelitian telah menunjukkan, puasa memang memiliki efek positif pada penderita diabetes tipe 2, selain itu juga meningkatkan kesejahteraan fisik dan sosial orang-orang,” tambahnya.

Begitu juga dengan wanita hamil. Meski dalam ajaran Islam, wanita hamil dibebaskan dari puasa jika menimbulkan risiko bagi ibu atau anak yang belum lahir, banyak wanita hamil yang ingin tetap berpuasa.

“Ada banyak wanita hamil yang bersikeras berpuasa selama Ramadhan. Bagi sebagian ibu hamil boleh berpuasa dan bagi sebagian lainnya disarankan untuk tidak berpuasa demi keselamatan dirinya dan janinnya. Hal ini harus didiskusikan lebih dulu dengan dokternya,” jelas ahli endokrinologi Dr Mussarat Riaz.

Mufti Najeeb Khan dari Darul Uloom Karachi mengatakan, dokter memiliki wewenang untuk mengizinkan atau melarang berpuasa pada orang-orang dengan masalah Kesehatan.

“Mereka harus mendengarkan dokter mereka, karena dokter mereka tahu lebih baik, siapa yang bisa berpuasa dengan aman, siapa yang tidak,” ujarnya.

Dia menjelaskan, beberapa intervensi kesehatan termasuk obat tetes telinga dan mata, pemantauan kadar gula darah, suntikan insulin, suntikan intravena atau intramuskular tidak membatalkan puasa.

“Dalam situasi yang mengancam jiwa, pasien harus segera berbuka puasa,” tegas Khan.

Selain bermanfaat untuk kesehatan fisik, dalam konferensi tersebut, Profesor Wasey juga menekankan bahwa puasa bermanfaat bagi kesehatan mental.

Puasa terbukti dapat mengurangi kecemasan dan serangan panik, menstabilkan suasana hati pada pasien gangguan bipolar, meningkatkan kemampuan untuk mengelola stress, dan memiliki efek yang lebih baik pada mania.