DEWATOGEL – Al Ahly bertemu Zamalek pada lanjutan Liga Mesir 1999. Rivalitas sengit kedua klub memaksa otoritas memindahkan duel ke lokasi netral. Laga kini berlangsung di International Stadium.
Operator kompetisi juga mengambil langkah preventif dalam upaya menjaga integritas pertandingan. Mereka mendatangkan wasit Marc Batta dari Prancis untuk memimpin partai.
Sayang kedua langkah tersebut tidak berarti apa-apa. Pertarungan kedua klub mencapai klimaksnya saat baru berusia dua menit.
Keputusan Batta mengusir pemain Zamalek Ayman Abdel Aziz setelah melakukan tekel dari belakang mendapat respon keras. Zamalek meninggalkan lapangan dan enggan melanjutkan bertanding alias walk out.
Zamalek harus membayar mahal keputusan tersebut. Operator kompetisi menetapkan Al Ahly sebagai pemenang. Mereka juga menjatuhkan denda kepada Zamalek. Tidak cukup sampai di situ, empat pendukung Zamalek menyeret tim kesayangan ke pengadilan dengan tuduhan sengaja mengalah.
Persaingan Al Ahly dan Zamalek memang tidak main-main. Kompetisi Mesir kerap mendatangkan pengadil asing karena wasit lokal diasumsikan sebagai pendukung salah satu klub.
Selain Batta, ada Kenny Clark yang dipercaya bertugas pada 2001. Sosok asal Skotlandia itu maju karena enam negara Eropa menolak mengirimkan wasit mereka ke memimpin duel ini. Clark sendiri menjalankan tugasnya dengan baik. Pengalaman segudang jadi modalnya. Dia pernah menangani empat partai sengit lain di tanah kelahiran, yakni Old Firm antara Rangers dan Celtic.
Protes Pangeran Kuwait Mengancam Walk Out
Meninggalkan pertandingan jadi salah satu aksi populer jika satu pihak merasa dirugikan. Kuwait hampir melakukannya berdasar inisiasi Pangeran Fahad Al-Ahmed Al-Jaber Al-Sabah.
Ketika menjabat sebagai presiden Asosiasi Sepak Bola Kuwait, dia mendesak pertandingan Piala Dunia 1982 antara negaranya dan Prancis dibatalkan.
Kedua negara bertemu pada partai kedua Grup D. Prancis membutuhkan kemenangan demi menjaga kans lolos ke babak gugur usai ditaklukkan Inggris di pertandingan pertama. Sedangkan Kuwait mencari poin tambahan setelah mampu mengimbangi Cekolovakia di duel pembuka.
Les Bleus menunjukkan kualitas dengan meraih keunggulan besar berkat gol Bernard Genghini, Michel Platini, dan Didier Six. Kuwait kemudian memperkecil ketertinggalan melalui Abdullah Al-Buloushi, sebelum momen kontroversial terjadi.
Alain Giresse mengira sudah mempertegas dominasi Prancis lewat gol individu. Namun, saat sang bintang menggelar selebrasi, pemain Kuwait melancarkan protes ke Miroslav Stupar yang memimpin laga. Kuwait berargumen mendengar Stupar meniup peluit sehingga diam saja saat Giresse melewati mereka. Suara tersebut diduga siulan dari penonton.
Keberatan Kuwait tidak didengar sampai Pangeran Fahad turun ke lapangan. Dia mengancam akan menarik Kuwait dari turnamen jika gol tidak dibatalkan.
Stupar pada akhirnya menuruti tuntutan Pangeran Fahad. Namun, aksinya ternyata tidak membantu Kuwait. Prancis tetap mencetak gol keempat lewat Maxime Bossis di menit terakhir pertandingan.
Sedangkan karier Stupar turut terdampak. Dia tidak lagi dipercaya FIFA memimpin pertandingan Piala Dunia.