Syarat Agar Puasa Bisa Jadi ‘Benteng’ dari Virus Corona

— Perjalanan virus corona tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Hingga Senin (13/4) kasus positif Covid-19 di Indonesia meningkat mencapai 4.557 kasus dengan 399 orang di antaranya meninggal dan 380 pasien berhasil sembuh.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mengajak umat Islam untuk memetik hikmah dan menyongsong Ramadan yang lebih positif. Dan pandemi virus corona ini menurut Sekretaris Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh, semestinya tak jadi alasan bagi umat muslim untuk tidak berpuasa.

“Puasa Ramadan adalah benteng paparan Covid-19. Puasa membawa kesehatan,”kata sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam Sholeh dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (13/4).

Manfaat puasa bagi kesehatan itu diamini oleh dokter gizi Inge Permadhi. Dilihat dari segi medis, puasa selama 30 hari bisa meningkatkan daya tahan tubuh.

Secara keseluruhan, orang dapat dikatakan sehat ketika memiliki saluran pencernaan yang bersih. Berpuasa, jadi salah satu jalan mewujudkan kondisi tubuh yang fit.

Dengan berpuasa, jalur pencernaan diberi kesempatan untuk beristirahat dan membersihkan diri–selama tidak mengolah makanan.

“Karena kondisi seperti ini, ingin sehat dan jangan sampai tertular, modalnya daya tahan tubuh yang oke. Daya tahan tubuh bagus diperoleh dari makanan yang kita cerna,” kata Inge Senin (13/4).

Akan tetapi, orang bisa menuai manfaat puasa jika pola makannya pun baik. Artinya, mengonsumsi makanan yang sehat saat sahur maupun berbuka, serta memenuhi zat gizi yang diperlukan tubuh. Dia menggarisbawahi, terutama pada saat sahur. Sebab biasanya, sebagian orang justru mengabaikan sahur dan memilih konsumsi makanan seadanya.

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan saat berpuasa selama masa pandemi seperti sekarang.

1. Cukupi kebutuhan gizi
Puasa memang mengeliminasi waktu makan siang. Namun bukan berarti kalori juga ikut tereliminasi. Inge menjelaskan, biasanya orang makan 3 kali sehari. Puasa lantas akan menggeser waktu makan dan frekuensi menjadi dua kali. Artinya, ada jatah kalori yang dialihkan ke sahur atau ke waktu berbuka.

Sebagai contoh, jatah kalori orang dewasa sebanyak 2.000 kalori. Sahur dibuat 750 kalori dan konsekuensinya, berbuka harus memenuhi 1.250 kalori.

2. Kecukupan cairan
Cairan membantu organ tubuh berfungsi normal. Anda minimal minum 8 gelas air per hari. Jumlah ini dipecah untuk sahur, berbuka dan makan malam. Untuk sahur, misalnya, sebanyak 2 gelas, kemudian 2 gelas saat berbuka, 2 gelas saat makan malam dan 2 gelas jelang tidur.

“6 gelas saat berbuka ini tidak semuanya air putih, bisa susu,” Inge menyarankan.

3. Jangan sampai sakit
Sebisa mungkin cegah jangan sampai jatuh sakit saat puasa. Daya tahan tubuh otomatis akan drop saat sakit dan virus corona mudah menyerang ketika kondisi seperti ini.

Selain gizi yang baik saat sahur dan berbuka, beri tubuh istirahat yang cukup. Biasanya orang dewasa memerlukan tidur selama 7 jam per hari. Inge berkata work from home memberikan kesempatan orang untuk bisa beristirahat jelang waktu berbuka.

Namun sebaiknya maksimal tidur siang atau sore dibatasi cukup 1 jam.

4. Berat badan stabil
Selama berpuasa, jaga agar berat badan stabil. Kegemukan atau kelebihan berat badan identik dengan penumpukan sel-sel lemak.

“Kegemukan kan bukan otot tapi lemak. Efeknya mengeluarkan sel lemak dan ini sekaligus sinyal yang enggak baik karena bisa menurunkan daya tahan tubuh,” jelas Inge.

5. Siasati menu sahur
Waktu sahur yang jauh dari waktu sarapan pada umumnya membuat orang mengonsumsi apapun yang ada di hadapannya. Padahal memulai hari sebaiknya tidak dengan asupan yang asal kenyang.

Untuk menyiasatinya, Inge menyarankan minimal sahur diisi dengan menu susu dan roti isi. Susu akan memberikan nutrisi lemak dan protein sedangkan roti isi akan memberikan asupan karbohidrat buat tubuh.