DEWATOGEL – Bagi pecinta sepak bola era 1980-1990, duel Timnas Jerman Barat kontra Timnas Prancis di semifinal Piala Dunia 1982 tidak akan terlupakan. Bagaimana tidak, kisah paling kelam dalam ajang terakbar ini pernah terjadi di Stadion Estadio Ramon Sanchez Pizjuan, Sevilla, Spanyol.
Pemain Timnas Prancis Patrick Battiston nyaris meregang nyawa di dalam kotak penalti. Tiga giginya patah dan tulang rusuk retak.
Tak hanya itu, tulang belakang Patrick Battiston juga rusak. Setengah jam dia tak sadarkan diri. Cedera yang lebih mungkin terlihat dalam kecelakaan mobil itu dialaminya.
Battiston dihantam secara brutal oleh kiper Timnas Jerman Barat Harald Schumacher. Momen mengerikan itu terjadi saat Prancis menyusun serangan. Berawal dari Michel Platini mengumpan melewati tengah pertahanan Jerman.
Battiston, sebagai pemain pengganti kurang dari 10 menit sebelumnya, mengejar bola. Dia memacu larinya di antara pemain belakang Jerman.
Tiba-tiba, Harald Schumacher munucul di depan matanya. Tabrakan horor pun tidak dapat dihindari. Sedangkan bola meluncur di samping gawang.
Battiston berbaring tengkurap. Lengannya menjorok ke atas; tinjunya terkepal dengan cara yang tidak wajar. Rekan-rekannya berkumpul dengan cepat dan mengeluarkan panggilan kepada tim medis.
Ada kekhawatiran untuk kehidupannya. Bahkan, Platini pun mengira bahwa rekannya Battiston telah tiada.
Saat dia berbaring diam di tanah, Schumacher bingung, tidak menyadari akan hal yang telah dia lakukan. Mirisnya, saat pemain Prancis panik, dia berdiri siap untuk melakukan tendangan gawang, alias melanjutkan pertandingan tanpa empati.
Suporter bergemuruh di tribun. Bagaimana bisa, Schumacher lolos tanpa hukuman. Wasit Charles Corver yang memimpin laga ini melewatkan insiden itu sama sekali.
“Sayangnya saya tidak melihat tabrakan itu karena saya mengikuti bola yang melebar dari gawang,” katanya kepada L’Equipe pada 2012.
“Saya langsung bertanya apakah asisten wasit saya melihatnya dan dia mengatakan itu menurut pendapatnya, itu tidak disengaja. Oleh karena itu, saya tidak bisa berbuat apa-apa,” sambungnya.
Ada ironi pahit atas penunjukan wasit asal Belanda itu. Pasalnya, Prancis lebih dulu dirugikan dalam kekalahan 1-3 dari Inggris di awal turnamen.
“Anda bilang Corver adalah wasit internasional? Saya ragu apakah dia mempertaruhkan keselamatan pemain seperti itu,” kata Pelatih Prancis Michel Hidalgo.
Laga pun dilanjutkan, Hasil imbang 3-3 setelah perpanjangan waktu, kemudian dilanjutkan melalui adu penalti.
Schumacher berhasil menepis dua tendangan Prancis dan Jerman Barat berhasil lolos ke final melawan Italia.
Schumacher mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan berharap pujian. Tapi, tidak ada orang yang ingin mereka menang. Tim yang berisi Karl-Heinz Rummenigge dan Pierre Littbarski itu selamanya tidak disukai.
Schumacher berdalih, dirinya tak ada niatan untuk melukai Battiston. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan gawangnya dari kebobolan.
“Saya tidak ingin menyakitinya tetapi saya akan melakukan hal yang sama lagi jika tindakan itu terulang kembali,” katanya kepada Le Figaro. “Itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan bola.
Usai pertandingan, Schumacher mengaku meyesal tentang pelanggaran itu. Tetapi, pada saat itu dia tampak seperti orang yang tidak peduli dengan kerusakan fisik yang telah dia lakukan.
Ketika diberitahu tentang cedera Battiston, dia mengatakan kepada seorang jurnalis bahwa dia akan akan membayar ganti rugi.
Schumacher juga menyesali bahwa dirinya tidak menengok Battiston untuk menanyakan kondisinya, atau meminta maaf. Dia takut jika disalahkan dan diserang oleh tim Jerman,
“Momen pertama dalam hidup saya ketika saya adalah seorang pengecut. Saya menyesal bahwa delegasi Jerman dan saya sendiri tidak pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan berita tentang Patrick Battiston,” ucapnya.
Kekacauan itu membuat tensi antara Prancis dan Jerma Barat pun memanas. Kanselir Jerman saat itu, Helmut Schmidt mengirim telegram kepada Presiden Francois Mitterrand, dan keduanya mengeluarkan pernyataan untuk mencoba dan meredakan krisis.
Schumacher cemas bahwa aksi brutalnya itu memancing perang dunia. “Begitu banyak kebencian yang belum pernah saya rasakan sebelumnya,” renung Schumacher. “Begitu banyak sentimen anti-Jerman, rasanya seperti saya akan memicu perang berikutnya.”
Dosa Schumacher dan Karma Jerman
Di partai final, Jerman Barat bersua Italia. Namun, Gli Azzuri masih terlalu tangguh untuk mereka.Italia menjadi juara setelah mengalahkan Jerman Barat dan kiper yang mereka benci di final, Schumacher.
Pada Piala Dunia 1986 di Meksiko. Jerman juga berhasil masuk ke partai final. Namun, lagi-lagi, Schumacher tak mampu menjinakkan Diego Maradona dan Argentina.
Schumacher kebobolan tiga gol dan harus melihat pesta Argentina dalam kekalahan 2-3. Pada Piala Dunia 1990, Tidak ada tempat baginya di skuad Piala Dunia Jerman Barat.
Menariknya, saat Schumacher tak ada, Jerman berhasil menjadi juara dengan membalaskan dendam pada Argentina. Jerman menang dengan skor 1-0 pada Piala Dunia 1990.