— Beberapa pasien virus corona di dunia dilaporkan mengalami gejala yang mirip penyakit saraf. Ahli menyebut ada kemungkinan virus corona COVID-19 yang selama ini dianggap menyerang saluran napas, dalam beberapa kasus langka juga bisa menyerang otak.
Sebagai contoh seorang pasien pria berusia 74 tahun dari kota Boca Raton, Amerika Serikat (AS), datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan keluhan batuk dan demam. Pemeriksaan awal tidak menemukan tanda-tanda pneumonia namun keesokan harinya sang pasien kehilangan kemampuan bicara.
Dr Alessandro Padovani dari University of Brescia, Italia, juga melaporkan hal yang sama. Tempatnya bertugas bahkan sampai membuka unit khusus, NeuroCovid, untuk merawat pasien positif virus corona yang mengalami gejala penyakit saraf.
Gejala penyakit saraf yang pernah dilaporkan pada pasien, di antaranya kejang, kebingungan, pusing, sakit kepala, mengigau, kebas, hingga stroke. Studi yang dipublikasi dalam British Medical Journal (BMJ) pada 26 Maret 2020 menyebut sekitar 22 persen dari 113 pasien positif corona yang meninggal di Wuhan mengalami gejala gangguan saraf.
“Kemungkinan ada indikasi virus bisa menyerang otak dalam kasus-kasus langka,” komentar ahli saraf dr Elissa Fory dari Henry Ford Health System seperti dikutip dari The New York Times, Kamis (2/4/2020).
Sementara itu ada juga teori lain yang menyebut kemungkinan gejala penyakit saraf muncul karena penurunan fungsi paru-paru berdampak pada kekurangan oksigen ke otak.
“Kami masih dalam masa-masa awal. Jadi kami masih belum tahu pastinya,” kata neurolog dr Robert Stevens dari Johns Hopkins School of Medicine.